BAWEAN – Musibah gempa yang mengguncang Kepulauan Bawean masih meninggalkan trauma yang mendalam bagi masyarakat setempat. Khususnya bagi para pasien yang sedang menjalani perawatan di RSUD Umar Mas’ud, Kecamatan Sangkapura. Kekhawatiran akan gempa susulan membuat sebagian dari mereka memilih untuk tidur di halaman luar rumah sakit.
Kisah Khalifa, 41 tahun, menjadi gambaran nyata dari kekhawatiran tersebut. Khalifa memilih untuk menemani anak pertamanya, Nuzulla, 21 tahun, yang sedang terbaring lemas akibat demam tinggi.
“Anak saya memang sudah sakit sebelumnya. Kondisinya semakin memburuk, bahkan ia pingsan saat gempa terjadi kemarin(Jumat, 22/3) siang,” ujarnya.
Berasal dari Dusun Bringinan, Desa Sungai Teluk, Khalifa membawa putrinya ke RSUD Umar Mas’ud untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. Namun, ketika putrinya masih dirawat di ruang UGD, gempa berkekuatan magnitudo 6,5 kembali mengguncang wilayah tersebut sekitar pukul 15.30.
“Guncangan sangat kuat dan berlangsung lama. Saya segera menggendong anak saya keluar,” ungkapnya. Khalifa dibantu oleh anak laki-lakinya yang berusia 16 tahun.
Saat hampir bersamaan, atap ruang UGD tiba-tiba ambruk. Untungnya, Khalifa dan empat pasien lain yang berada di dalam ruangan berhasil menyelamatkan diri.
“Bekal dan barang bawaan kami tertimpa reruntuhan. Untungnya, kami selamat,” tambahnya.
Kekhawatiran akan gempa susulan membuat Khalifa dan beberapa pasien lainnya enggan kembali ke dalam ruangan. Mereka memilih untuk mengungsi di lobi rumah sakit, bersama-sama dengan pasien lainnya.
“Kami juga sedang mengungsi karena rumah saya rusak akibat gempa,” keluh Khalifa.