Surabaya – Korban penipuan gentong ajaib mengaku merugi hingga Rp 100 juta. Ia mengaku lengah, teledor, dan terbawa bujuk rayu 3 penipuan.
Ia adalah Indah Muktiningrum, wanita asal Tembok Dukuh V nomor 75 Surabaya. Menurutnya, tipu daya Suhari, Suraji, dan Dwi Suksesi terbilang lihai. Sebab, mampu menjerat dan membuatnya merugi.
Kepada awak media, Indah mengaku mulanya percaya karena omongan Suraji. Sebab, menyatakan seluruh utangnya bisa lunas karena menggandakan uang pada mantan istrinya, Dwi Suksesi dan Mbah Suhari.
“Kata dia (Suraji) bisa buat bayar utang dan sudah lunas, lalu saya ke rumah Suhari diantar Suraji dan Dwi Suksesi ke rumahnya,” kata Indah saat ditemui awak media di rumahnya, Senin (6/11/2023).
Indah menyatakan mulanya ia tak keberatan untuk diminta uang pembayaran awal senilai 4.5 juta dan melakoni serangkaian ritual. Termasuk menyiapkan gentong dan melarungkan gentong yang belakangan terbongkar berisi daun ke lautan.
Ia mengaku tak curiga. Namun, kecurigaannya kian menguat ketika diminta uang lagi berulang kali.
“Lalu saya diminta uang lagi Rp 10 juta beberapa kali, kemudian Rp 45 juta yang terakhir. Kalau total kerugian sekitar 100 juta, itu saya bayar beberapa kali di bulan 5, 6, dan 7,” ujarnya.
“Kalau ritualnya melarung ke pantai di Balai Kambang, lalu saya ikuti dan larung ke laut,” sambungnya.
Indah mengaku para pelaku kerap menjanjikan keuntungan hingga Rp 3 miliar dari modal awal Rp 4.5 juta. Meski ada sejumlah biaya tambahan.
Namun, kecurigaan Indah terbukti ketika para pelaku hanya memberikan janji palsu. Lalu, menghilang dan tak bisa dihubungi.
“Saya diminta sejumlah biaya untuk ugorampe dan lain sebagainya, kalau dihitung sampai totalnya setor Rp 100 juta, tidak kembali semua. Karena itu saya melapor ke polisi,” tuturnya.
Sementara itu, Kanit Jatanras Satreskrim Polrestabes Surabaya Iptu Bobby Wirawan menegaskan pihaknya masih mendalami hal itu. Termasuk mengembangkan penyidikan lantaran diduga ada lebih dari 1 korban.
“Kalau pengakuan para pelaku baru dilakukan pelaku sekali, tapi masih kami dalami. Untuk pelaku domisili para pelaku bukan dari Surabaya, tapi dari Malang dan Blitar,” tutupnya.