SURABAYA | Kasus dugaan intimidasi yang dialami oleh EN, siswa SMA Kristen Gloria 2 Surabaya, dan kedua orang tuanya, terus memicu perhatian publik. Pelaku intimidasi diduga merupakan pengusaha hiburan malam, Ivan Sugianto, yang ditemani oleh tiga pria yang mengaku sebagai anggota kepolisian.
Menurut keterangan Ira Maria, ibu dari EN, insiden intimidasi ini terjadi setelah ia dihubungi oleh seseorang yang mengaku sebagai utusan Ivan Sugianto, yang meminta pertemuan. “Setelah keluar dari rumah sakit, saya mendapat telepon dari seseorang yang mengaku utusan Ivan dan mengajak bertemu. Namun saya menolak,” kata Ira di kediamannya, Selasa (12/11).
Namun, penolakan ini disusul dengan panggilan telepon lanjutan pada malam hari yang bernada mengancam. Panggilan tersebut memaksa Ira dan suaminya, Wandharto, untuk akhirnya datang ke lokasi yang dimaksud pada tengah malam.
Sesampainya di tempat pertemuan, pasangan suami-istri ini dikejutkan dengan kehadiran tiga pria berkemeja putih yang mengenakan pin dan mengaku sebagai anggota kepolisian. “Mereka mengaku dari kepolisian, tapi saya tidak tahu mereka benar atau tidak karena tidak memakai seragam dinas,” ungkap Ira.
Dalam pertemuan tersebut, ketiga pria tersebut meminta Ira dan suaminya untuk hadir di Polrestabes Surabaya pada keesokan hari, dengan alasan untuk menjaga agar kasus ini tidak sampai terdengar oleh Kapolda Jawa Timur. “Mereka mengatakan bahwa langkah ini dilakukan agar kasus anak saya tidak sampai ke telinga Kapolda,” ujar Ira.
Tak hanya itu, pasangan ini juga mengalami tekanan untuk menandatangani surat pernyataan damai. Dalam kondisi yang merasa tertekan, Ira dan suaminya akhirnya menandatangani dokumen tersebut meskipun merasa takut dan terintimidasi. “Saya terpaksa menandatangani surat itu karena takut dengan intimidasi yang mereka lakukan,” imbuh Ira.
Kasus ini kini menjadi sorotan publik, dan banyak pihak mendesak kepolisian untuk menyelidiki kebenaran dugaan keterlibatan oknum polisi dalam intimidasi tersebut.