Masih pentingkah pendidikan?

Partikelir.id – Sekolah tinggi-tinggi pun buat apa, Kalau hanya jadi penjual kopi take away atau punya warkop? Atau perempuan ndak usah muluk-muluk sekolah tinggi mungkin juga ngurusi anak dirumah, lebih baik biar suami yang kerja. Begitu kira-kira salah satu jejak pendapat yang sering disampaikan. Tulisan ini saya awali dengan stigma, statement, pendapat atau apalah itu yang berkembang di masyarakat soal belum begitu pentingnya pendidikan tinggi bagi anaknya.

Miris memang tapi mau gimana lagi kebebasan pendapat di republik ini sah-sah saja dong. Bukan itu poin yang ingin saya sampaikan tapi bagaimana pola pikir dapat mempengaruhi kita dalam berkehidupan sehari-hari. Lantas pencapaian pola pikir tersebut apakah harus sekolah tinggi dulu?. Tidak juga, menurut saya sekolah harusnya lebih memfasilitasi dan sekolah adalah tempat dimana anak diajari lebih peka, kritis, dan skeptis terhadap apapun.

Saya ambil contoh sikap skeptis. Skeptis dapat diartikan tidak mudah percaya atau ragu-ragu pada suatu hal. Sikap skeptis dapat membantu kita untuk tidak mudah percaya pada satu stigma, satu gagasan, entah itu berupa mitos atau fakta. Sikap skeptis melahirkan pertanyaan-pertanyaan yang itu dapat menguji satu gagasan, stigma atau mitos yang dicanangkan seseorang.

Pendidikan atau sekolah seharusnya menjadi tempat dimana anak-anak dapat mengeksplorasi semua idenya dan mencerdaskan secara akhlak, perilaku, moral maupun tingkat relijiusitas anak. Kita semua paham bagaimana sekolah harusnya melahirkan anak-anak yang cerdas, cerdas dalam berpikir maupun cerdas dalam berperilaku. Hal ini berbanding lurus dengan cita-cita negara kita yang termaktub di pembukaan UUD 45 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Kamu pikir para founding fathers kita mencetuskan hal tersebut tanpa alasan? Gila, ya karena situasi pendidikan saat itu penting sekali bagi kita. Kita bisa membayangkan dengan tingkat buta huruf mencapai 95% ketika kita baru merdeka saat itu, ujug-ujug kita bisa mengambil alih dunia dan menggenggam teknologi kala itu. Coba ya mikir.

Kalimat “Mencerdaskan kehidupan bangsa” tentunya juga bukan hanya tugas para pemudanya saja. Pola pikir yang sama harusnya terbangun juga melalui para orang tua yang masih terkungkung dalam stigma bahwa pendidikan tidak perlu tinggi-tinggi. Hal ini menjadi sangat penting bagi kehidupan berbangsa kita. Bayangkan negara China sudah memikirkan bagaimana mengeksplorasi tata surya tapi di Indonesia masih sibuk dengan stigma ndak usah pinter-pinter yang penting bisa makan. Memang sebetulnya masyarakat kita perlu adanya power rangers di setiap kampung atau ultramen gaia dari planet namexguna memberantas kedangkalan berpikir seperti ini.

Benar memang kata Bung Karno musuh kita hari ini adalah bangsa kita sendiri. Bangsa yang menjajah kita dengan pola pikir kuno. Saya berharap dengan adanya teman-teman yang masih bergelut dengan dunia pendidikannya agar mereka dapat menyadarkan pola pikir danmerobohkan stigma masyarakat seperti itu, pun dengan teman-teman yang mungkin tidak melanjutkan pendidikanya namun mereka dapat memahami bahwa sebetulnya pola pikir yang cerdas dan menjadi pintar itu penting untuk melawan pola pikir kuno tersebut.

 

Selamat hari pendidikan nasional.

 

Penulis : Dandi Amar Rizky B